“TUHAN ADA DAN MENOLONG UNTUK STIKOM”

Jatuh bangun stikom dalam proses pendiriannya dimulai pada 1992,  ketika Deddy Djamaluddin Malik (Ketua Stikom saat ini) membentuk LP3K. Kemudian  menjalin kerjasama dengan PWI mendirikan kursus setingkat D1-D3 pada 1996.

Jalan Banteng, menjadi rekam jejak pertama  didirikannya STIKOM dengan nama Studi Terpadu Ilmu Komunikasi saat itu. Para pendiri : Dedy Djamaluddin Malik, Atang Ruswita (Tokoh Pers Jawa Barat), Ketua PWI  dan Pemred PR  memiliki tujuan dasar yakni bisa menghadirkan lulusan yang bisa mengisi industri media lokal.  Itu kenapa STIKOM banyak mengeluarkan lulusan wartawan saat itu.

Gedung PWI Jalan Wartawan (1997),  juga menjadi jejak perjalanan STIKOM . Dimana tahun selanjutnya, stikom membuka program S1 dan resmi berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi atas dukungan besar PWI.

Namun 1998 akhir, hubungan kerjasama STIKOM dan PWI Terputus. Stikom kemudian pindah dan menempati gedung bekas PSSI di Jalan Lodaya hingga 2007.

PT Pos (2007) di Jalan Suci, gedung Tridharma di Jalan Soekarno (2013), hingga gedung di Jalan Bojong Koneng (2019), turut menjadi saksi atas perjalanan Stikom dalam bertahan dan mempertahankan.

Semua orang tau stikom nomaden, melalui itu ingin membuktikan bahwa itu tidak ada masalah Kelemahan itu digunakan jadi kelebihan, dari kendala jadi kendali. Ujar Deddy Djamaluddin Malik.

2019 Tidak adanya keuntungan dan partner kerjasama yang membantu. STIKOM hampir di perjual belikan, dan digusur Bank.


Bangunan tampak depan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM)
di Jalan Ibrahim Adjie, Bandung, Jawa Barat. Rabu (20/12/2023)

“Waktu itu, emosi harga diri sudah terganggu karena diusir. Sementara harus mencari tempat bagus itu darimana duitnya,” ujar Deddy Djamaluddin Malik.

Hingga pada 2022, STIKOM mendapat dana KIP untuk mengurus kepindahan ke gedung di Ibrahim Adjie saat ini.

“Semua perjalanan yang terjadi di Stikom itu diluar dugaan,” lanjutnya.


Logo stikom mulanya dibuat oleh pak Heridin dengan logo BEM saat ini, menggunakan ilustrasi pena sebagai penggambaran kerjasama dengan PWI. Kerjasama terputus di 2009 dan logo di ganti dengan logo stikom yang sekarang. Agar lebih futuristik, menggambarkan alur networking komunikasi lintas nasional dan global.


Banyak perubahan positif yang terjadi pada stikom mulai dari segi jumlah mahasiswa, jumlah dosen, kurikulum yang lebih menyeluruh karena menyesuaikan dengan masuknya media mainstream. Bahkan hingga saat ini kerjasama dengan koran-koran lokal msih terjalin hanya saja tidak ada mahasiswa yang mau praktikum disana.

Sejumlah mahasiswa memenuhi lorong kelas
STIKOM Bandung
.

Perkembangan mahasiswa stikom jelas meningkat, namun masih banyak mahasiswa yang memilih online. Generasi medsos ini adalah generasi yang beda dengan sebelumnya yang lebih kritis dan komitmen, tidak banyak yang mudah diatur.

Saat ini stikom sedang menyiapkan pembangunan fasilitas baru seperti ruang kelas, sarana fasilitas kampus akan diperluas, peningkatan jumlah dosen, peningkatan akreditasi, dll. Perbaikan-perbaikan seperti mahasiswa membuat jurnal juga meningkatkan akreditasi sebenarnya, dan tahun depan bisa menyelenggarakan studi banding dan program strata 2.

 


Komunikasi tanpa praktik jangan harap Anda punya sesuatu yang dijual.

Deddy Djamaluddin Malik M.s

Stikom saat ini mungkin jauh dari kata baik, tetapi dengan kepiawaian ketua saat ini mungkin bisa membawa stikom kerah lebih baik, Serta dukungan yang lebih oleh mahasiswa itu tersendiri untuk bisa membawa stikom kearah yang sama.

'Dulu, nama besar kampus disebabkan oleh karena kehebatan mahasiswanya. Sekarang, mahasiswa ingin hebat karena nama besar kampusnya’, suatu kalimat yang selalu teringat di setiap kalangan mahasiswa karena di ucapkan oleh ayah kita semua Pidi Baiq. Semoga STIKOM besar karena Mahasiswanya.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengatasi kemacetan saat liburan panjang di bandung, persiapan rekayasa lalu lintas.